Munculnya beberapa spekulasi antar mahasiswa di tempat belajar sekarang, menggelitik saya untuk beropini lewat tulisan. Tentang dimana fungsi media massa, yang kian terkikis dengan kebutuhan finansial. Mulai dari hilangnya objektifitas suatu berita, hingga agenda setting yang dilakukan oleh beberapa oknum dengan tujuan tertentu. Fakta di lapangan, media massa mempunyai kemampuan untuk menggiring opini publik, dengan dalih perubahan, penguasa kerap memperalat media massa sebagai senjata pembenaran atau sekedar untuk tameng. (bisa jadi simbiosis mutualisme juga sih)
Kasus seperti ini pun, sebenarnya juga sedang terjadi di kampus saya. Dimana tidak semua persma (pers mahasiswa) berjalan sesuai fungsinya. Dengan dalih revitalisasi dan kekinian, beberapa organisasi persma, lebih suka meliput berita di luar kampus, atau bahkan lebih suka meliput hal-hal menyenangkan (tempat nongkrong, kuliner, event, dll). Padahal, fungsi dari media massa salah satunya adalah sebagai social control. Baik itu sekaliber kampus, maupun sekaliber masyarakat umum.
Bukan berarti saya tidak setuju dengan peliputan hal - hal kekinian, tapi terlalu naif, jika ada permasalahan di lingkungan sekitar saya dan itu lebih krusial, tapi tidak ada yang menelisik lebih jauh (ketimbang hore - hore aja idupnya yekaan). Akan lebih bijak, jika generasi muda lebih peka dan berani bersuara lantang pada kebenaran. Media massa yang seharusnya menjadi sumber informasi terakurat dan terfaktual, kini seakan beralih menjadi penyedia opini dan pengalihan issue. Coba kita perhatikan, berita yang terlalu diblow up oleh media massa, tidak sedikit menutupi berita - berita penting lainnya. Contoh kasus ahok, atau kopi sianida (media mana sih yang gak ngeberitain? kalo bisa dijadiin sinetron) sedangkan pada pekan itu, ada berita yang tak kalah penting, yaitu rasio utang pemerintah RI di awal kepemimpinan jokowi, yang bertambah heuheu (ini beritanye) , dan apakabar dengan freeport, yang ternyata punya canangan memperpanjang kontraknya (ini beritanye) . Karena keterlenaan kita, dengan issue yang sebenarnya tidak terlalu krusial, dalam kehidupan berbangsa, membuat kita pun luput dari hal - hal penting lain.
Jika ditarik garis, apa yang dilakukan penguasa adalah termasuk agenda setting. Untuk menghindari kondisi seperti ini, dunia pendidikan menjadi ajang latihan, bagi generasi muda agar pintar dalam memilah berita, dan mempertajam kemampuan analis fenomena sosial. Kesimpulannya begini, ya kali elu bisa peka sama fenomena sosial berkedok pengalihan issue, kalo elu cuman mentingin hedon hore lu doang. Percuma aja ngeposting ala - ala di medsos pake hastagh keren, tapi kerjaan lu cuman stalkingin lambe turah. Sebagai pemuda, jangan bangga kalo dibodohi atau membodohi. Buat teman - teman yang berkecimpung di dunia persma atau bahkan sudah nyemplung di dunia pers, oh come on, otak kalian lebih brilliant untuk diperalat penguasa berkepentingan ganda dan juga dari sekedar bahas entertaiment stuff doang. :)
Kasus seperti ini pun, sebenarnya juga sedang terjadi di kampus saya. Dimana tidak semua persma (pers mahasiswa) berjalan sesuai fungsinya. Dengan dalih revitalisasi dan kekinian, beberapa organisasi persma, lebih suka meliput berita di luar kampus, atau bahkan lebih suka meliput hal-hal menyenangkan (tempat nongkrong, kuliner, event, dll). Padahal, fungsi dari media massa salah satunya adalah sebagai social control. Baik itu sekaliber kampus, maupun sekaliber masyarakat umum.
Bukan berarti saya tidak setuju dengan peliputan hal - hal kekinian, tapi terlalu naif, jika ada permasalahan di lingkungan sekitar saya dan itu lebih krusial, tapi tidak ada yang menelisik lebih jauh (ketimbang hore - hore aja idupnya yekaan). Akan lebih bijak, jika generasi muda lebih peka dan berani bersuara lantang pada kebenaran. Media massa yang seharusnya menjadi sumber informasi terakurat dan terfaktual, kini seakan beralih menjadi penyedia opini dan pengalihan issue. Coba kita perhatikan, berita yang terlalu diblow up oleh media massa, tidak sedikit menutupi berita - berita penting lainnya. Contoh kasus ahok, atau kopi sianida (media mana sih yang gak ngeberitain? kalo bisa dijadiin sinetron) sedangkan pada pekan itu, ada berita yang tak kalah penting, yaitu rasio utang pemerintah RI di awal kepemimpinan jokowi, yang bertambah heuheu (ini beritanye) , dan apakabar dengan freeport, yang ternyata punya canangan memperpanjang kontraknya (ini beritanye) . Karena keterlenaan kita, dengan issue yang sebenarnya tidak terlalu krusial, dalam kehidupan berbangsa, membuat kita pun luput dari hal - hal penting lain.
Jika ditarik garis, apa yang dilakukan penguasa adalah termasuk agenda setting. Untuk menghindari kondisi seperti ini, dunia pendidikan menjadi ajang latihan, bagi generasi muda agar pintar dalam memilah berita, dan mempertajam kemampuan analis fenomena sosial. Kesimpulannya begini, ya kali elu bisa peka sama fenomena sosial berkedok pengalihan issue, kalo elu cuman mentingin hedon hore lu doang. Percuma aja ngeposting ala - ala di medsos pake hastagh keren, tapi kerjaan lu cuman stalkingin lambe turah. Sebagai pemuda, jangan bangga kalo dibodohi atau membodohi. Buat teman - teman yang berkecimpung di dunia persma atau bahkan sudah nyemplung di dunia pers, oh come on, otak kalian lebih brilliant untuk diperalat penguasa berkepentingan ganda dan juga dari sekedar bahas entertaiment stuff doang. :)
Comments
Post a Comment